Foto 1 Foto 2 Foto 3 Foto 4
Menerima Peserta Didik Baru
TAHUN AJARAN BARU TK MNU DIPONEGORO 93 CIPETE

KUCING YANG BAIK DAN BIJAKSANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Pada postingan dan kesempatan kali ini Admin mau berbagi tentang Cuplikan dongeng yang sederhana, di saat ini yang mungkin lagi membutuhkan sebuah dongeng, mungkin ini bisa untuk menginspirasi para rekan-rekan semua yang setia dengan blog Tk Muslimat NU Diponegoro 93 Cipete ini.

Seorang guru yang sedang medongeng di depan anak-anak TK Muslimat NU Diponegoro 93 Cipete Dengan Penuh Semangat
Gambar : Seorang guru sedang mendongeng di depan anak-anak

yuk kita sama-sama langsung untuk baca artikel DONGENG ini dengan Kisah :

GUTHENG
KUCING YANG BAIK DAN BIJAKSANA

Karya: Suciati, S.Pd

Suara adzan Subuh berkumandang, sayup-sayup terdengar dari kejauhan. Seorang nenek telah bangun dan sibuk dengan aktivitas paginya. Dia adalah Nenek Sarkem, seorang wanita tua yang penuh kasih sayang terhadap tiga binatang peliharaannya: Gutheng si kucing, Kipli si monyet, dan Jabres si sapi. Nenek Sarkem merawat mereka dengan penuh cinta.

Gutheng berbeda dengan Kipli dan Jabres. Ia tidak tinggal di kandang, melainkan di dalam rumah bersama nenek. Setiap hari, Gutheng selalu menemani nenek pergi memetik sayur, menjual kayu bakar, dan berbelanja di pasar. Hal ini membuat Kipli merasa iri.

Seperti biasa, pagi itu Nenek Sarkem telah menyiapkan makanan untuk mereka. Gutheng diberi ikan asin, Kipli mendapat pisang, dan Jabres menikmati rumput segar. Nenek menghampiri kandang Kipli dan Jabres sambil membawa makanan, diikuti Gutheng dari belakang.

Guru TK Muslimat NU Cipete sedang mendongeng lucu dan bikin semangat anak anak TK Cipete
Gambar : Seorang Guru sedang mendongeng

Nenek: "Selamat pagi, Kipli. Selamat pagi, Jabres. Ini makanan kalian pagi ini. Makanlah yang banyak."
Kipli & Jabres: "Terima kasih, Nek... mooo nguukkk ngaaakk."
Nenek: "Jangan lupa berdoa dulu."
Kipli & Jabres: "Ngukkk ngukkk, mooo. Baik, Nek... Allahumma barik lana fima razaqtana waqina 'adzaban nar."
Nenek: "Pintar! Baiklah, nenek masuk dulu, ya. Nenek belum menyiapkan makanan untuk Gutheng."
Gutheng: "Teman-teman, aku masuk dulu, ya. Aku juga mau makan. Nanti siang kita bermain, karena pagi ini aku harus menemani nenek ke pasar menjual kayu bakar."

Sementara mereka makan, Kipli mulai menggerutu dan menghasut Jabres.

Kipli: "Huh, nenek pilih kasih! Ngukkk ngukkk!"
Jabres: "Mooo... pilih kasih bagaimana maksudmu, Kipli?"
Kipli: "Ngukkk... kamu tidak sadar, Jabres? Lihat Gutheng! Dia tinggal di dalam rumah dengan kasur empuk dan selimut tebal. Kita? Tidur di kandang reot tanpa selimut, kedinginan sepanjang malam. Makanannya juga lebih enak: nasi hangat dicampur ikan asin. Sedangkan kita? Rumput dan pisang! Pernahkah kita diajak masuk rumah? Tidak, kan?!"
Jabres: "Benarkah? Aku jadi tidak mau makan lagi! Aku juga mau makan nasi ikan, dan aku juga ingin selimut tebal! Mooo!"

Kipli berhasil menghasut Jabres. Jabres merasa sedih dan kecewa. Dia tidak menyentuh makanannya hingga siang hari tiba. Ketika Nenek Sarkem datang kembali, ia terkejut melihat makanan Jabres masih utuh.

Nenek: "Loh, Jabres, kenapa makananmu masih banyak? Kamu tidak lapar? Apa kamu sakit?"

Namun, Jabres tidak menjawab. Nenek lalu bertanya kepada Kipli.

Nenek: "Kipli, kamu tahu kenapa Jabres tidak mau makan?"
Kipli: "Ngukkk... tidak tahu, Nek."

Ketika nenek hendak memeriksa kandang Jabres, Jabres tiba-tiba mengamuk dan hampir menyeruduk pintu kandangnya. Nenek merasa sedih dan kembali ke rumah. Gutheng yang melihat nenek masuk dengan wajah bingung segera bertanya.

Gutheng: "Miawww... kenapa nenek sedih?"
Nenek: "Jabres tidak mau makan. Dia marah saat nenek mencoba memeriksanya. Nenek bingung."
Gutheng: "Benarkah? Jangan khawatir, Nek. Insya Allah, aku akan bicara dengan mereka."

Gutheng menghampiri Kipli dan Jabres di kandang.

Gutheng: "Miaww... Jabres, ada apa denganmu? Kenapa kamu marah dan hampir melukai nenek tadi?"
Jabres: (Hanya menghela napas panjang tanpa menjawab.)
Gutheng: "Kipli, kamu tahu apa yang terjadi dengan Jabres?"
Kipli: "Cari tahu sendiri! Ngukkk!"

Gutheng: "Kalian ini kenapa sih?! Apa kalian tidak kasihan pada nenek yang selalu merawat kita dengan baik? Dia memberi kita makan, tempat tinggal, dan kasih sayang! Laa taghdob walakal jannah—jangan marah, bagimu surga. Miaww!"
Kipli: "Ini semua gara-gara kamu! Kamu hidup nyaman di rumah, tidur di kasur empuk, makan makanan enak, sedangkan kami?"
Gutheng: "Oh, jadi itu masalahnya? Tunggu sebentar."

Gutheng masuk ke rumah dan kembali membawa nasi ikan miliknya.

Gutheng: "Ini makanan yang aku makan setiap hari. Makanlah, aku bagi dua untuk kalian. Setelah selesai, aku juga akan meminta selimut untuk kalian."

Awalnya Kipli dan Jabres ragu, tetapi mereka akhirnya mencoba makanan itu. Apa yang terjadi?

Jabres: "Hueeekkk... hooookkk... mooo! Tidak enak sekali!"
Kipli: "Nguukkk... aduuuuhhh... tenggorokanku sakit!"

Ternyata Kipli tersedak duri ikan. Gutheng segera memberinya minum.

Kipli: "Nguuukkk... ternyata ikan pindang itu banyak durinya. Maafkan aku, Gutheng."
Jabres: "Dan juga tidak enak. Mooo... maafkan aku juga, Gutheng. Aku salah sudah membuat nenek sedih."
Gutheng: "Tidak apa-apa, teman-teman. Kita harus bersyukur karena nenek merawat kita dengan penuh kasih sayang."

Setelah kejadian itu, Jabres kembali makan rumputnya dengan lahap. Nenek yang melihatnya merasa lega.

Nenek: "Alhamdulillah, Jabres sudah mau makan lagi. Nenek senang melihatnya."
Jabres: "Mooo... maafkan aku, Nek, sudah membuatmu sedih."
Kipli: "Nguukkk... maafkan aku juga, Nek. Ini semua salahku."
Nenek: "Sudahlah, nenek tidak marah. Kalian semua adalah kesayangan nenek."

Sejak hari itu, Kipli, Jabres, dan Gutheng hidup rukun, bersyukur, dan saling menjaga.

Demikian naskah untuk dongeng yang sederhana, Admin berbagi hanya untuk menginspirasi saja untuk para rekan-rekan yang setia di Blog yang sederhana ini

Bagi yang mau mengunduh naskah Klik Disini untuk mengunduh.

Samapai jumpa lagi dengan postingan-postingan yang mungkin bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr .Wb

Posting Komentar

0 Komentar